Sejarah dan Peran Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia di Indonesia
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) merupakan salah satu perguruan tinggi yang memiliki peran penting dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya dalam bidang pertanahan. Sejarah panjang STPN dimulai dari berdirinya pada tahun 1948 dengan nama Sekolah Tinggi Pertanahan di Bandung. Seiring dengan perkembangan zaman, STPN terus berkembang dan pada tahun 2011, berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Peran STPN dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia sangatlah penting. STPN telah melahirkan banyak lulusan yang berkualitas dan kompeten di bidang pertanahan. Para lulusan STPN telah banyak berkontribusi dalam pembangunan di berbagai sektor terkait dengan pertanahan, baik di pemerintahan maupun swasta.
Selain itu, STPN juga memiliki berbagai program studi yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, seperti program studi Geomatika dan Manajemen Sumber Daya Lahan. Program-program studi ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif.
Tidak hanya itu, STPN juga aktif dalam penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang pertanahan. Dengan adanya kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat ini, STPN dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanahan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa STPN memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya dalam bidang pertanahan. Melalui program pendidikan yang berkualitas, penelitian yang produktif, dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan, STPN terus berupaya untuk mencetak lulusan yang siap bersaing di dunia kerja dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di Indonesia.
Referensi:
1. Situs Resmi Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
2. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Profil Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.” 2019.
